Hutan memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 70% emisi gas rumah kaca di Indonesia berasal dari deforestasi dan degradasi hutan. Oleh karena itu, menjaga kelestarian hutan sangatlah krusial dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim.
Menurut Dr. Nur Masripatin, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan dan Konservasi Alam, “Peran hutan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca tidak bisa dipandang remeh. Hutan berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida dan menyimpannya dalam biomassa tumbuhan dan tanah. Jika hutan terus ditebang secara liar, maka emisi gas rumah kaca akan semakin meningkat.”
Selain itu, Prof. Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, juga menekankan pentingnya menjaga hutan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Beliau menyatakan, “Hutan adalah paru-paru dunia. Jika hutan terus rusak, maka kualitas udara akan semakin buruk dan dampak perubahan iklim akan semakin terasa.”
Upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pelestarian hutan sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah melalui program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+), yang bertujuan untuk memberikan insentif kepada masyarakat dan perusahaan yang menjaga kelestarian hutan.
Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga hutan Indonesia. Illegal logging, konversi hutan menjadi lahan pertanian, dan kebakaran hutan masih menjadi masalah serius yang harus segera ditangani.
Dengan menjaga kelestarian hutan, kita juga turut berkontribusi dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sebagai masyarakat Indonesia, mari kita bersama-sama menjaga hutan sebagai warisan alam yang harus kita lestarikan untuk generasi mendatang.